Bimmer.ID — Biasanya, mobil dengan transmisi manual lebih murah ketimbang versi girboks otomatis. Itu dapat dimaklumi, mengingat transmisi otomatis memiliki kerumitan lebih daripada manual.
Atas dasar pemikiran itu, wajar jika kita bertanya-tanya, mengapa BMW M transmisi manual lebih mahal ketimbang otomatis?
Sebagai contoh, di Indonesia BMW M2 manual dibanderol Rp1.939.000.000 (off the road), sementara versi otomatisnya Rp1.759.000.000 (off the road).
Tidak tanggung-tanggung, selisih harganya Rp180 juta. Mengapa bisa begitu? Berikut penjelasan CEO BMW M Frank Van Meel mengapa versi manual lebih mahal ketimbang otomatis.
Beban biaya produksi
Menurut Van Meel, ini adalah pertanyaan yang paling banyak dilontarkan pada BMW. Dan itu semua berhubungan dengan volume produksi.
Seperti yang kita ketahui, saat ini hampir seluruh mobil BMW menggunakan transmisi otomatis. Itu karena banyak sekali orang yang memilih girboks jenis ini.
Dengan demikian, akan lebih mudah dan murah bagi produsen –dalam hal ini BMW– untuk memproduksi model bertransmisi otomatis.
Mereka tidak perlu direpotkan oleh riset dan pengembangan transmisi manual yang kian tak populer. Lebih baik mereka melakukan riset dan pengembangan untuk girboks otomatis.
“Buat kami, hal ini (produksi model bertransmisi manual) membutuhkan usaha lebih,” kata Van Meel.
“(Mobil) manual lebih lamban dan boros BBM. Sehingga, jika dilihat dari sisi produksi, hal itu sudah tidak masuk akal lagi.”
Transmisi manual terakhir BMW
Namun, meski tak menguntungkan dan merepotkan, BMW tetap menawarkan M2 G87, M3 G80, dan M4 G82, dalam versi manual.
“Ini semua karena masalah sentimentil saja. Menurutnya, trio M bertransmisi manual itu sengaja diproduksi dan dijual bagi para purist yang lebih menyukai girboks klasik tersebut.
Perlu diketahui, M2 G87, M3 G80, dan M4 G82, adalah yang terakhir dari jenisnya. Ketiganya dianggap sebagai “permintaan khusus” dari para purists yang dikabulkan BMW.
Ke depannya, BMW tidak bakal memproduksi model bertransmisi manual lagi. Mengingat mereka bakal lebih fokus kepada kendaraan full electric.
Menurut Van Meel, masih ada beberapa kelompok penggemar BMW yang lebih memilih manual.
“Ada banyak pelanggan kami yang mengatakan ‘saya ingin mengendarai mobil buas kalian dan saya ingin menunjukkan jika saya bisa menaklukkannya dan saya butuh transmisi manual’,” seru Van Meel.
Semua itu kembali lagi kepada perkembangan zaman. Di mana segalanya selalu berubah. Dan ini merupakan hal yang wajar.
Transmisi manual yang dahulunya sebagai mayoritas, kini harus mengalah kepada transmisi otomatis.
Begitu juga halnya dengan mesin berbahan bakar minyak yang nantinya harus memudar karena tergantikan oleh mesin listrik. (Aldion/Car Throttle)