Bimmer.ID โ Di Indonesia, BMW E30 lansiran tahun 1986 dan tahun 1989 awal tidak banyak dilirik. Itu karena mobil ini dibekali mesin M10 yang dianggap โkunoโ serta kurang menarik jika dibandingkan dengan mesin M40 yang lebih moderen.
Anggapan itu memang tidak salah, karena BMW E30 bermesin M10B18 untuk pasar Indonesia kala itu masih menggunakan karburator dan sistem injeksi mekanik.
Dan ketika BMW Indonesia merilis E30 facelift (Euro bumper) bermesin M40 yang lebih segar dan moderen pada akhir 1989-1991, tipe ini pun menjadi favorit.
Namun, untuk performa serta keandalan, BMW M10 adalah salah satu yang terbaik. Mengapa demikian? Simak penjelasannya.
Sejarah M10
BMW M10 didesain oleh pebalap sekaligus insinyur bernama Baron Alex von Falkenhausen di akhir tahun 1950-an.
Awalnya ia diminta BMW untuk membuat mesin berkapasitas 1.300 cc. Tapi Falkenhausen merasa mesin kecil itu tidak akan mampu memenuhi kebutuhan perusahaan di masa depan.
Ia kemudian meyakinkan BMW untuk membuat mesin berkapasitas 1.500 cc dan bahkan menciptakan blok mesin yang bisa di-bore up hingga 2.000 cc.
Desain mesin M10
M10 adalah mesin SOHC empat silinder segaris yang diproduksi oleh BMW dari tahun 1962 hingga 1988. Ini merupakan mesin empat silinder pertama BMW sejak 1936.
Mesin ini memiliki blok yang terbuat dari besi cor (cast iron) dan kepala silinder berbahan alumunium dengan dua katup per silinder. Kruk as-nya terbuat dari besi tempa (forged) dan noken as yang digerakkan oleh rantai.
Versi awal dari mesin ini memiliki ukuran bore x stroke 82mm x 71mm. Tenaga maksimal yang dihasilkan dari mesin berkapasitas 1.499 cc ini adalah 79 HP.
Akan tetapi, varian mesin ini kemudian berkembang dengan beragam kapasitas, mulai dari 1.500 cc, 1.600 cc, 1.800 cc, 2.000 cc, dan dibekali turbo. M10 turbo dapat ditemui di BMW 2002 (E10) Turbo.
Mesin tersukses BMW
Bisa dibilang jika BMW M10 adalah salah satu mesin tersukses yang pernah diproduksi di Jerman. Tercatat ada 3,5 juta unit mesin M10 yang diproduksi selama 26 tahun.
Superioritas mesin โbandelโ ini mengiring BMW untuk menjadikannya sebagai basis mesin M12 untuk bertarung di Formula 1.
M12 merupakan mesin turbo empat silinder dan mampu menyemburkan tenaga sebesar 1.400 HP. Mesin ini digunakan oleh tim Brabham Arrows dan Benetton.
Pebalap Nelson Piquet menjadi juara di musim 1983 berkat mesin M12/13 turbo berkapasitas 1.500 cc yang disematkan pada mobilnya.
Usia mesin M10 berakhir pada 1988 ketika BMW mulai merilis penerusnya (M40B18) di tahun 1987.
Keandalan M10 membuatnya tetap mampu bertahan hingga kini. Di Indonesia, mesin tersebut bahkan masih ada yang dijadikan sebagai mesin balap dalam ajang reli dan touring car. (Aldion/Bimmer.ID)